Soal !
1.
Tulislah sebuah kasus atau masalah sosial pendidikan dan pecahkan masalah itu dengan
alat/ilmu sosiologi!
Jawab :
A.
Tawuran antar Pelajar
Contoh Masalah sosial dalam bidang pendidikan adalah semakin banyaknya tawuran
antar pelajar dan saat ini sudah menjadi momok bagi masyarakat.
Prilaku
tawuran pelajar bukan hanya mengakibatkan kerugian harta benda atau korban
cedera tapi sudah merenggut ratusan nyawa melayang sia-sia selama sepuluh tahun
terakhir, maraknya tawuran pelajar dipicu oleh banyak faktor. Pada tingkat
mikro, rendahnya kualitas pribadi dan sosial siswa mendorong mereka berprilaku
yang tidak pronorma. Pada tingkat messo, buruknya kualitas dan manajemen
pendidikan mendorong rasa frustasi anak yang dilampiaskan pada tindakan
negatif, termasuk tawuran. Di tingkat makro, persoalan pengangguran,
kemiskinan, dan kesulitan hidup memberi sumbangan tinggi bagi terbentuknya
masyarakat (termasuk siswa) yang merasa kehilangan harapan untuk hidup layak.B. Faktor Penyebab Terjadinya Tawuran
TerdApat dua faktor penyebab terjadinya tawuran antar pelajar
yaitu faktor internal dan factor eksternal. Factor internal adalah faktor yang
berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru oleh remaja dalam
menanggapi milieu di sekitarnya dan semua pengaruh dari luar. Perilaku
merupakan reaksi ketidakmampuan dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan
sekitar. Adapun faktor internal dan eksternal adalah sebagai berikut.
1. Faktor internal
Remaja yang terlibat perkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasi
pada situasi lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti adanya
keanekaragaman pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan semua rangsang dari
lingkungan yang makin lama makin beragam dan banyak. Situasi ini biasanya
menimbulkan tekanan pada setiap orang. Tapi pada remaja yang terlibat
perkelahian, mereka kurang mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi
itu untuk pengembangan dirinya. Mereka biasanya mudah putus asa, cepat
melarikan diri dari masalah, menyalahkan orang / pihak lain pada setiap
masalahnya, dan memilih menggunakan cara tersingkat untuk memecahkan masalah.
Pada remaja yang sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami konflik
batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan
orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat. Mereka biasanya sangat
membutuhkan pengakuan.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor keluarga
Faktor keluarga teriri dari sebagai berikut:
1) Baik buruknya rumah tangga atau berantakan dan
tidaknya sebuah rumah tangga,
2) Perlindungan
lebih yang diberikan orang tua.
3) Penolakan
orang tua, ada pasangan suami istri yang tidak pernah memikul tanggung jawab
sebagai ayah dan ibu.
4) Pengaruh
buruk dari orang tua, tingkah laku kriminal, dan tindakan asusila.
b. Faktor lingkungan sekolah
lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan bisa berupa
bangunan sekolah yang tidak memenuhi persyaratan, tanpa halaman bermain yang
cukup luas, tanpa ruangan olahraga, minimnya fasilitas ruang belajar, jumlah
murid di dalam kelas yang terlalu banyak dan padat, ventilasi dan sanitasi yang
buruk, dan sebagainya.
c. Faktor lingkungan
Lingkungan sekitar yang tidak baik dan menguntungkan bagi
pendidikan dan perkembangan remaja. Terkait dengan konsep kelompok sosial, W.G.
Summer membagi kelompok sosial menjadi dua yaitu in-group dan out-group.
Menurut summer, dalam masyarakat primitif yang terdiri dari kelompok – kelompok
kecil dan tersebar di suatu wilayah terdapat pembagian jenis kelompok yaitu
kelompok dalam (in-group) dan kelompok luar (out-group). Kelompok dalam
(in-group) adalah kelompok sosial yang individu-individunya mengidentifikasikan
dirinya dengan kelompoknya. Adapun kelompok luar (out-group) merupakan
merupakan kelompok di luar kelompok in-group.
Di kalangan kelompok dalam di jumpai persahabatan, kerja
sama, keteraturan, dan kedamaian. Apabila kelompok dalam berhubungan dengan
kelompok luar maka munculah rasa kebencian, permusuhan, atau perang. Rasa
kebencian itu di wariskan dari satu generasi ke genarasi yang lain dan
menimbulkan rasa solidaritas dalam kelompok (in-group feeling). Anggota
kelompok menganggap kelompo mereka sendiri sebagai pusat gejala-gejalanya
(etnosentrisme).
C.
Pemecahan didalam Ilmu Sosiologi
Didalam ilmu sosiologi terdapat fungsi sosiologi di dalam memecahkan
masalah sosial yang ada di dalam kehidupan masyarakat atau di kehidupan
sehari-hari. Masalah sosial ialah masalah yang melibatkan sebagian besar
manusia. Adapun masalah sosial yang termasuk ke dalam masalah sosial murni
ialah masalah yang ada hubungannya dengan terjadinya benturan di dalam antar
institusi, rendahnya terhadap pengawasan sosial ataupun kegagalan dan
menerapkan atau menggunakan kaidah teknologi yang tepat. Fungsi
sosiologi dalam pemecahan masalah sosial ini bisa diambil contoh masalah sosial
tawuran antar pelajar dengan ilmu sosiologi maka masalah tawuran tersebut
dianalisis hingga diambil kesimpulan mengenai apa penyebab dari masalah
tersebut selalu terjadi.
Fungsi
sosiologi dalam pemecahan masalah sosial adalah untuk bisa mempelajari interaksi sosial
yang terjadi di dalam masyarakat, kemudian mempelajari konflik sosial dan cara
mengatasinya, mempelajari dan mengamati perubahan sosial di masyarakat dan juga
Memberikan penjelasan kepada semua lapisan masyarakat bahwa setiap individu itu
berbeda dan unik, serta fungsi sosiologi adalah untuk melakukan penelitian
sosial terhadap fenomena yang tengah terjadi di dalam masyarakat dengan
melakukan penelitian didalam ilmu sosiologi terdapat beberapa metode yang dapat
dilakukan.
Salah satu fungsi ilmu sosiologi yang dapat dilakukan didalam mengatasi
masalah tawuran antar pelajar yaitu dapat melakukan penelitian sosial dengan
beberapa metode yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah tawuran yaitu
metode kuantitaif dan metode studi kasus.
1.
Metode
penelitian kuantitatif merupakan metode yang menggunakan bahan keterangan
dengan menggunakan angka-angka, sehingga gejala yang diteliti dapat diukur
dengan menggunakan skala, tabel, indeks dan formula yang semuanya menggunakan
ilmu pasti.
2.
Metode studi
kasus adalah metode yang digunakan untuk
meneliti kebenaran peristiwa yang terjadi dengan melakukan pengamatan terhadapat suatu keadaan
, individu,dan berbagai kelompok Alat-alat yang digunakan dalam studi kasus
adalah wawancara , pertanyaan
–pertanyaan kuesioner, dan teknik keterlibatan peneliti dalam suatu masalah.
D.
Dibawah ini adalah contoh dengan menggunakan
Metode kuantitatif dan studi kasus dalam menyelesaikan masalah tawuran antar
pelajar.
Metode Penelitian
A. Tujuan Penelitian dan Pengamatan
Sebelum melakukan penelitian
kita harus tau apa tujuan dari penelitian yang dilakukan contoh:
Penelitian ini
bertujuan untuk menguji masalah-masalah yang telah dirumuskan, yaitu untuk
mengetahui secara mendalam mengapa tawuran antar pelajar marak terjadi. Secara
khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1.
Mengetahui
adakah kaitan antara faktor internal pelaku tawuran dengan tawuran itu sendiri.
2. Mengetahui
adakah kaitan antara kondisi lingkungan siswa dengan tawuran pelajar
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan didua tempat yakni:
1. Di Semarang, sepanjang Jalan Menteri
Soepeno
Hasil pengamatan
mengenai perilaku pelajar ditempat tersebut kemudian dianalisis untuk pengujian
hipotesis dan penarikan kesimpulan. Akhir dari kegiatan ini adalah penyusunan
laporan.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan
metode-metode antara lain:
1.
Metode kualitatif
2.
Metode Studi Kasus yakni dengan wawancara.
Kedua metode ini digunakan
dalam upaya mendeskripsikan pola perilaku pelajar serta kondisi lingkungan
siswa.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi target penelitian ini adalah Sswa SMA dan SMK di
Semarang
Sampel
penelitian dan pengamatan penulis adalah para siswa yang tengah beraktifitas
sepanjang Jalan Menteri Soepeno, yang menghubungkan antara SMA N 1 dan
SMK 7 Semarang.
Penetapan teknik sampel seperti ini didasarkan pada pertimbangan bahwa:
(a). sampel yang diharapkan sebagai unit analisis dalam penelitian ini adalah
SMA yang notabene pernah tawuran yakni kedua sekolah yang dijadikan populasi
penelitian ini. (b). pertimbangan berikutnya adalah kedua sekolah tersebut
berdekatan dengan Undip (tempat penulis menuntut ilmu) sekaligus dekat tempat
tinggal penulis, sehingga dengan demikiam diharapkan kami dapat meneliti lebih
mendalam dan mendapat data yang akurat melaui pengamatan ini.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan pengamatan serta penelitian yang telah kami sebutkan
diatas, ada 4 sumber data yang akan dijaring untuk penelitian ini. Keempat data
tersebut, yaitu (1). Mengenai pola perilaku remaja kami dapat melalui
pengamatan secara langsung dilapangan. (2). Data diperoleh melalui
wawancara kepada sampel yang telah kami tetapkan sebelumya. (3). Data diperoleh
melalui srudi kepustakaan, (4). Data di dapat melalui media massa.
F. Instrumen Pengumpulan Data
Sebagaimana dijelaskan diatas, bahwa ada 4 jenis data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini. Keempat sumber dara tersebut didasarkan pada
pemikiran agar dapat menganalisis data secara mendalam dan mendapatkan fakta
secara lebih jelas.
Pengamatan
ditujukan untuk mendukung perolehan data secara kualitatif. Wawancara
diharapkan dapat memberikan data-data yang keabsahanya terjamin serta
merupakan bagian dari teknik metode studi kasis yang kami pada penelitian ini.
Pelaksanaan pengamatan dilakukan selama 3 hari yakni 2-4 juni 2010 dan
wawancara kami lakukan pada kamis 10 Juni 2010 pada 30 siswa SMA dan SMK.
Kemudian data-data hasil pengamatan dan penelitian disandingkan dengan data
yamg diperoleh melalui media massa untuk selanjutnya dianalisis melalui
studi kepustakaan. Penyandingan data-data dimaksudkan mengetahui kelayakan data
tersebut untuk dianalisis.
1. Insrumen Factor-faktor Tawuran dan
Kaitannya dengan Kondisi Lingkungan
a.
Definisi Konseptual
Tawuran
merupakan suatu gajala social yang terjadi karena perbenturan kepentingan dan
merupakan bentuk penyimpangan nilai ataupun kaidah yang telah lama melembaga
dimasyarakat akibat dari adanya ketidakserasian nilai antar individu dengan
individu yang lain kemudian meluas dalam bentuk konflik antar kelompok yang
merasa kepentingannya terlanggar oleh kepentingan pihak lain. Dengan kata lain
tawuran merupakan wujud dari Deviation.
b.
Definisi Operasional
Deskrifsi mengenai tawuran
adalah data yang diperoleh melalui antara lain:
1. Pengamatan
lagsung dilapangan
2. Wawancara
kepada sampel penelitian yakni dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1)
Apa yang anda
ketahui tentang tawuran?
2)
Apakah anda
setuju dengan tawuran? Alasannya!
3)
Mengapa remaja
melakukan tawuran?
4)
Apa motivasi
melakukan tawuran?
5)
Apa akibat
melakukan tawuran?
6)
Apa keuntungan
tawuran?
7)
Apa kerugian
tawuran?
8)
Apakah anda
pernah tawuran?
9)
Mana yang lebih
sering tawuran, anak SMA atau SMK?
10) Apa akibat yang didapat melalui tawuran?
11) Bagaimana peran sekolah terhadap tindakan
tawuran?
12) Siapa saja menurut kamu pihak yang berperan untuk
selalu mengingatkan untuk tidak tawuran?
13) Bagaimana image disekolah terhadap anak-anak yang
sering tawuran?
14) Tanggapan atau tindakanmu pada teman yang melakukan
tawuran?
15) Solusi yang terbaik menurut kamu untuk mengurangi
tawuran?
16) Apakah bimbingan konseling kerap diberikan kepada para
siswa disekolahmu?
3.
Media massa cetak maupun elektronik mengenai berita seputar tawuran
remaja.
4.
Semua data dianalisis melalui studi kepustakaan
G. Teknik
Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri atas dua bagian, yaiti analisis deskriftif dan
analisis studi kepustakaan. Analisi deskriftif dilakukan dengan menyajikan
data-data yang diperoleh melalui media massa elektronik dan cetak serta
yang diperoleh melalui pengamatan. Sedangkan analisis studi kepustakaan
dilakukan dengan bantuan sumber-sumber sosiologis untuk menganalisis data-data
hasil wawancara. Kedua analisis data digunakan untuk melihat gamabaran mengenai
hal-hal yang diteliti dalam rangka pengujian hipotesis.
H. Hipotesis
Hipotesis yang
akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Hipotesis
pertama,
Ada hubungan antara factor internal dalam diri pelaku tindak tawuran
sehingga mendorong seseorang untuk tawuran.
2. Hipotesis kedua,
Ada kaitan
antara kondisi lingkungan pelajar sehinnga memicu terjadinya tawuran.
I. Hasil Penelitian
(Kesimpulan, Implikasi dan Saran)
a. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut.
- Pertama,
Pengujian hipotesis pertama menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara
factor intern dalam diri seseorang dengan tindakan yang akan dilakukan. Dengan
kata lain bahwa factor intern dalam diri seseorangpun dapat memicu untuk berperilaku
anarkis dalam hal ini melakukan tawuran.
Factor intern
yang dapat dikemukakan antara lain:
1. Rasa ingin dihargai yang timbul dan melembaga
disetiap individu sebagai manusia.
2. Rasa ingin
diperhatikan, dalam hal ini ingin mendapatkan perhatian lebih baik dari
lawan jenis, teman sebaya, guru maupun orang tua. Berkaitan dengan masalah ini
pelaku mencoba mendapatkan melalui jalan yang bisa dikatakan instan tetapi
tidak menyadari bahwa tindakan tersebut dapat menimbulkan tanggapan yang
sebaliknya dalam hal ini tanggapan yang negative, cemoohan bahkan dikucilkan
misalnya.
Pada pengujian
hipotesis pertama didapat bahwa :
1. Tawuran merupakan wujud
deviant,artinya bahwa tawuran merupakan penyimpangan terhadap nilai-nilai yang
ada dalam masyarakat. Yakni wujud penyimpangan terhadap nilai persatuan dan
kesatuan, saling menghormati, dan nilai kemanusiaan. Nilai-nilai itu semua
dipertaruhkan hanya demi kepentingan yang jauh dari kata sesuai dengan nilai.
2. Wujud persatuan dan
kesatuan yang dilanggar adalah bahwa kita sebagai manusia sebangsa
setanah air dalam hal ini tanah air Indonesia, maka tak pantas jika nilai luhur
yang merupakan kristalisasi nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila yang
diyakini sebagai dasar dan pandangan hidup berbangsa dan bernegara. Maka bisa
dikatakan tawuran sama saja menggadaikan falsafah dan dasar Negara Indonesia
yakni pancasila.
3. Wujud saling
menghormati yang dilanggar adalah, bahwa tawuran sama saja menciderai sekolah
sebagai institusi pendidikan yakni sebagai sarana pengembangan kognitif,
aferktif dan psykomotorik. Juga menciderai ibu dan bapak selaku orang tua, guru
selaku pembimbing disekolah juga melukai teman sebagai orang terdekat setelah
orangtua. Dalam hal ini tawuran telah meniadakan sikap saling menghargai karena
ego yang berperan.
4. Wujud nilai kemanusiaan
yang terlanggar adalah ketika tawuran terjadi pelaku saling memukul,
menciderai, melukai bahkan mencoba melakukan tindakan-tindakan lain yang jauh
dari nilai kemanusiaan. Jadi Nampak disini bahwa dengan melihat pendapat
Soerjono Soekanto mengenai teori deviation, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Deviation adalah suatu keadaan dimana kristalisasi nilai-nilai yang ada
dimasyarakat telah terlanggar baik oleh sikap, perilaku ataupun perbuatan yang
menjauh dari nilai-nilai.
5. Tawuran merupakan
bentuk dari pertentangan atau conflict, terjadi antara dua kelompok yang
masing-masing memiliki nilai-nilai yang telah melembaga , dimana tawuran
terwujud karena ada rasa solidaritas yang tinggi ditiap anggota kelompok serta
meletus karena ada kepentingan yang terlanggar oleh masing-masing pihak yang
berasal dari kelompok berbeda. Dengan kata lain nilai postif dari tawuran atau
konflik pada umumnya adalah dapat memperbesar rasa solodritas dan persahabatan
tetapi jauh dari pada itu kerugiannya jauh lebih besar dari pada keuntungannya.
Kerugiannya bisa berupa kerugian materil sampai kerugian immaterial.
b. Implikasi
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan penelitian, bahwa terdapat
hubungan yang positif antara faktor internal dalam diri siswa dengan timbulnya
tawuran dan antara kondisi lingkungan dengan maraknya tawuran pelajar. Bertolak
dari hasil penelitian ini, dirumuskan beberapa implikasi dengan penekanan pada
hal berikut.
1.
Upaya Peningktan Fungsi Sekolah Sebagai Institusi Pendidikan
Penulis berkeyakinan bahwa sekolah memegang fungsi strategis dalam rangka
menciptakan manusia-manusia yang memiliki mental, spiritual dan berpengetahuan
baik.
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan
sekolah dalam menjalankan fungsi strategis tersebut:
Pertama, kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi dalam suatu
lingkungan sekolah harus senantiasa mendorong para guru dalam hal ini seluruh
tenaga pengajar untuk memberikan pengarahan-pengarahan baik besifat mental
maupun spiritual dalam rangka menjalankan fungsi strategis tersebut
Kedua, ibu dan bapak selaku orang tua siswa diharapkan mampu
menjadi motivator bagi anaknya.
Ketiga, para siswa diharapkan mampu menselaraskan antara
kepentingan-kepentingan dalam diri dengan nilai-nilai keluhuran yang memang
semestinya ditaati dan dipatuhi dengan sepenuh hati
2. Upaya Menekan
Tawuran bahkan meniadakan
Berdasarkan
penelitian yang kami lakukan, adapun upaya yang dapat dilakukan dalam rangka
menekan atau bahkan meniadakan tawuran antaralain:
Diperlukan
kerjasama antara orangtua, sekolah selaku instutusi pendidikan dan juga siswa.
Orangtua dan guru disekolah di harapkan memegang teguh falsafah “Ing Ngarso
Sun tulodo Ing Madya Mangun karso Tut Wuri Handayani”. Memang jika
ingin lebih baik falsafah itu harus dipegang karena anak atau siswa selalu
melihat untuk dijadikan sebagai contoh, karena anak sebagai siswa adalah pihak
yang sedang belajar. Anak sebagai siswa sekolah tentunya juga memiliki peran
untuk selalu berusaha mematuhi nilai-nilai luhur yang ada dimasyarakat.
c. Saran
Berdasarkan
uraian terdahulu, utamanya pada hasil penelitian dan implikasi, diakhir uraian
ini dikemukakan beberapa saran berikut.
Pertama, hasil
penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan positif antara faktor internal
dalam diri pelaku tindak tawuran sehingga mendorong untuk melakukan tawuran.
Untuk itu, disarankan agar siswa belajar untuk nenyelaraskan diri dengan
nilai-nilai luhur yang memang harus ditaati dan diikuti agar tidak terjadi
benturan dengan kepentingan yang menjauh dari nilai-nilai luhur. Contoh
konkritnya adalah mengamalkan dasar dan falsafah bangsa yakni Pancasila.
Kedua, meyakini dalam diri bahwa tawuran sebagai tindakan
amoral yang hanya membawa kesengsaraan hidup bukan hanya bagi diri sendiri
maupun orang lain.
Ketiga, jangan berfikir bahwa rasa solidaritas akan kuat
bila tawuran. Karena sesungguhnya sejatinya solidaritas adalah mengagungkan
nilai kamanusiaan dan didalam tawuran tidak ada sedikitpun nilai-nilai
kemanusiaan itu. Karena sekali lagi penulis menegaskan bahwa solidaritas adalah
cerminan rasa kemanusiaan dan tawuran tidak mencerminkan demikian.
Keempat, sekolah harus berusaha mennciptakan “Tata Tentrem
Kertaraharja”(Pendapat Prof. Sudarto, S.H.) yakni melalui pemberian sanksi
yang lebih bermanfaat kepada siswa pelaku tindak tawuran yakni dengan bimbingan
kerohaniaan untuk menanamkan kembali nilai-nilai yang memudar.
Kelima, dalam
rangka reintegrasi akibat kegoncangan nilai pasca tawuran cara terbaik adalah
kesinergian pihak-pihak terkait didalam mendukung kondisi yang lebih mengarah
kesesuaian dengan nilai atau kaidah yang berlaku.
Keenam, untuk
menjustifikasi berbagai teori tentang conflict, deviation dan disintegrasi yang
berkaitan untuk menekan bahkan meniadakan tawuran antar pelajar, sebaiknya
diadakan penelitian yang sama dengan mengembangkan sampel yang lebih besar dan
wilayang yang lebih luas serta subjek penelitian pada pendidikan menengah
dikota besar lainnya. Besar harapan penulis agar penelitian ini dilanjutkan demi
cita luhur yakni menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas baik mental
maupun spiritual, serta penerus bangsa yang senantiasa memegang nilai-nilai
luhur bangsa dan negara.
DAFTAR PUSTAKA
....
Mengenai Tawuran Antar Pelajar
Friday, 14 December 2012
Makalah Sosiologi Tawuran
http://pengayaan.com/fungsi-sosiologi-dalam-pemecahan-masalah-sosial/
Fungsi Sosiologi Dalam Pemecahan Masalah Sosial
Baik untuk rujukan guru couselor sekolah
BalasHapus